Kebudayaan Sunda
Budaya
Sunda, dikenal sebagai budaya yang menjunjung tinggi sopan santun. Pada umumnya
budaya Sunda memiliki karakter ramah, mudah senyum, sopan, lembut dan sangat
hormat kepada orang tua. Didalam budaya Sunda, mereka diajarkan bagaimana
berbicara lembut terhadap orang yang lebih tua.
Kebudayaan
Sunda merupakan salah satu budaya tertua yang ada di nusantara, Sistem
kepercayaan spiritual tradisional Sunda adalah Sunda Wiwitan yang mengajarkan
keselarasan hidup dengan alam. Terdapat
beberapa ajaran budaya Sunda tentang jalan menuju keutamaan hidup. Etos dan
watak Sunda itu adalah cageur, bageur, singer dan pinter, yang dapat
diartikan "sembuh" (waras), baik, sehat (kuat), dan cerdas.
Kebudayaan
Sunda memiliki macam-macam seni dan budaya, diantaranya:
1.
Wayang Golek
Golek yaitu
merupakan semacam boneka yang terbuat dari kayu yang ditampilkan dan membawakan
alur cerita bersejarah. Wayang Golek ini dimainkan oleh seorang Dalang dan
diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang biasa
disebut Degung.
2.
Degung
Kesenian
Degung biasanya digunakan untuk musik pengiring/pengantar. Degung ini merupakan
gabungan dari peralatan khas kesenian Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang,
kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.
3.Kuda
Renggong
atau Kuda Depok ialah salah satu jenis
kesenian helaran yang terdapat diKabupaten Sumedang, Majalengka dan Karawang.
Cara penyajiannya yaitu, seekor kudaatau lebih di hias warna-warni, budak sunat
dinaikkan ke atas punggung kuda tersebut,Budak sunat tersebut dihias seperti
seorang Raja atau Satria, bisa pula meniru pakaian para Dalem Baheula,
memakai Bendo, takwa dan pakai kain serta selop.
UPACARA ADAT PERKAWINAN SUKU
SUNDA
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai
yang ingin merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal
dari Sunda. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak
pria yang berminat mempersunting seorang gadis. Lamaran dilaksanakan oleh orang
tua calon pengantin beserta keluarga dekat. Disertai seseorang berusia lanjut
sebagai pemimpin upacara. Bawa lamareun atau sirih pinangkomplit, uang,
seperangkat pakaian wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin
tidak wajib harus dibawa. Misalnya dibawa, biasanya berupa cincing meneng,
melambangkan kemantapan dan keabadian.
Tunangan, dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu
penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si pihak wanita.
Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon
pengantin pria membawa pakaian, uang, perabot rumah tangga, makanan, dan
lain-lain.
Ngeuyeuk seureuh Dipimpin pengeuyeuk. Pengeuyek
mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin dan doa restu kepada kedua
orang tua serta memberikan nasehat melalui lambang-lambang atau benda yang
disediakan berupa parawanten, pangradinan dan sebagainya. Diiringi lagu kidung
oleh pangeuyeuk Disawer beras, agar hidup sejahtera. dikeprak dengan sapu
lidi disertai nasehat agar memupuk kasih sayang dan giat bekerja. Membuka kain
putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan rumah tangga yang akan dibina masih
bersih dan belum ternoda.Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon
pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan dapat
menyesuaikan diri.
Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali
(oleh calon pengantin pria). Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai
saling dihadapkan. Digulung menjadisatu memanjang. Diikat dengan benang kanteh.
Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar kelak rejeki
yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada saudara dan handai
taulan. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan berlomba
mencari rejeki dan disayang keluarga. Upacara Prosesi Pernikahan Penjemputan
calon pengantin pria, oleh utusan dari pihak wanita
Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk menuju pelaminan. Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua mempelai akan menandatangani surat nikah. Sungkeman,Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantindipayungi payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas payung.Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air. Lantas harupat dipatahkan pengantin pria. Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai pecah. Lantas kakinyadicuci dengan air bunga dan dilap pengantin wanita.Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah. Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan
Sumber: google
http://kalistaoctavia.blogspot.com/2012/10/kebudayaan-sunda.html